Senin, 18 Februari 2013

Wanita Butuh Perhatian, Pria Butuh Dipercaya

SERINGKALI kita memberikan kepada pasangan apa yang kita butuhkan dan bukan apa yang dibutuhkan oleh pasangan.

Kita "lupa" bahwa setiap individu berbeda, termasuk pasangan kita.

Konon, pria dan wanita itu berbeda, sehingga kebutuhan emosionalnya juga berbeda. Namun tak semua pria dan wanita memahami bahwa mereka memiliki kebutuhan berbeda.

Sehingga sering terjadi, mereka mendapatkan dari pasangannya apa yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Begitupun sebaliknya, mereka memberikan kepada pasangannya apa yang sebenarnya tak dibutuhkan oleh si pasangan.

Hal itu terjadi karena mereka berasumsi bahwa apa yang mereka dambakan/kehendaki, maka itu juga yang dibutuhkan oleh pasangannya. Sehingga, yang mereka berikan adalah apa yang mereka butuhkan sendiri, bukan kebutuhan pasangannya.

Itulah mengapa, kata John Gray, Ph.D., penulis buku Men Are From Mars, Women Are from Venus, seringkali orang mengatakan bahwa mereka sudah banyak memberi namun pasangannya tak membalasnya secara setimpal. "Ya, mereka memang memberi, tapi tidak seperti yang diinginkan pasangannya.

Untuk menerima lebih banyak, kita harus belajar bagaimana memberi, bukan dengan apa yang kita butuhkan, tapi apa yang pasangan kita butuhkan," tulisnya. Jika kita dapat memenuhi kebutuhan pasangan kita, maka pasangan kita pun secara spontan akan memenuhi kebutuhan kita.

John Gray yang selama lebih dari 20 tahun aktif menyelenggarakan berbagai seminar tentang menjalin hubungan antara pria-wanita/suami-istri ini, sangat meyakini bahwa pria dan wanita memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Bila kita tak memahami perbedaan-perbedaan tersebut, maka akan selalu terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan. Kita pun tak akan bisa memahami mengapa usaha kita untuk saling memberi dukungan menjadi gagal.

KEBUTUHAN WANITA


Pada wanita, terang penulis buku Mars and Venus Together Forever dan Mars and Venus in The Bedroom ini, kebutuhan yang mendasar ialah ingin diperhatikan, dimengerti, dan dihormati.

"Setiap hari wanita ingin diyakinkan secara verbal bahwa ia dicintai." Artinya, ungkapan seperti, "Saya mencintaimu," secara terus menerus ingin selalu didengarnya.

Wanita juga ingin berbeda dari wanita lain dalam kehidupan suaminya. Ia ingin menjadi wanita satu-satunya, pertama, dan spesial bagi suaminya. Sehingga, ketika hal itu tak didapatkannya, ia mulai merasa tak berharga.

Tapi coba kalau ia merasa dirinyalah yang terpenting dalam kehidupan suaminya, maka dengan mudahnya ia akan memberikan kepercayaan kepada sang suami.

Selain itu, wanita ingin merasa didengarkan dan dipahami dengan penuh empati kala ia mengungkapkan perasaannya. Semakin terpenuhi kebutuhannya untuk didengarkan dan dimengerti, ia pun akan memberikan pengertian yang dibutuhkan pasangannya.

Begitu juga bila pria mau mempertimbangkan pikiran-pikiran si wanita, maka ia akan memberikan penghargaan yang layak diterima oleh suaminya. Sebab, ia merasa dihormati pada saat pria menanggapinya dengan mengakui dan mengutamakan hak-hak, harapan serta kebutuhannya.

KEBUTUHAN PRIA


Lain halnya dengan pria yang sangat membutuhkan penghargaan sebagai imbalan atas usaha dan perbuatannya. "Tanpa adanya cukup penghargaan, lelaki merasa gagal untuk mencapai tujuannya," ujar John Gray.

Karena pria akan menjadi sangat terluka bila wanita tak mempercayai, menghargai atau menerima motivasi, kemampuan, pikiran, keputusan serta sikapnya.

Dalam kondisi pria tak merasa berharga, bisa jadi ia akan menyerah atau justru melakukan tindakan berlawanan dan dengan keras kepala mengulanginya lagi sampai ia dihargai. Tapi kalau ia merasa dihargai oleh pasangannya, semangatnya akan bangkit.

Bahkan, sekalipun ia tak dapat memecahkan masalah di kantornya, namun bila sesampainya di rumah disambut oleh istri dengan kebahagiaan dan ungkapan terima kasih, stresnya langsung berkurang.

Yang juga perlu dipahami, pria tak suka bila ia merasa si wanita ingin mengubahnya atau mencoba memperbaikinya. Bukan berarti pria itu sempurna, tapi ia ingin dipercaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan sendiri. Dengan demikian, ia merasa diterima apa adanya.

Kalau sudah begitu, si pria pun akan lebih mudah untuk mendengarkan dan memberi kepada pasangannya. Ia akan penuh cinta dan perhatian terhadap perasaan dan kebutuhan pasangannya.

Apalagi jika pasangannya telah memetik manfaat dari perbuatan sang pria, maka ia akan semakin terdorong atau lebih bersemangat iuntuk berbuat lebih banyak lagi bagi pasangannya.

JANGAN BERLEBIHAN


Kendati berbeda, namun pada dasarnya pria dan wanita memiliki kebutuhan primer yang sama. John Gray merangkumnya dalam 7 kebutuhan, yaitu: cinta, perhatian, pengertian, rasa hormat, penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan.

Yang perlu diperhatikan, jangan sampai kita menjadi bersikap berlebihan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut. Seperti dikatakan Dra. Henny Eunike Wirawan, M. Hum, "Kalau kita memiliki 7 kebutuhan tersebut dengan berlebihan, tentunya tak baik juga, kan."

Dikhawatirkan nantinya bisa menjadi posesif, sehingga kita jadi tak bebas bergerak. "Kalau kita terlalu diperhatikan, misalnya, itu, kan, bisa membuat kita ngeri. Sedikit-sedikit diperhatikan, buntutnya jadi enggak bebas juga."

Dalam membina hubungan, terang pembantu dekan I Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta ini, kita harus berani melepas pasangan kita untuk mengaktualisasikan dirinya. "Tapi kalau yang terjadi sebaliknya, berarti cintanya mengikat. Tentunya ini tidak sehat, kan."

Oleh karena itu, Henny melihat sebaiknya ketujuh kebutuhan tersebut ditambah satu kebutuhan lagi, yakni tanggung jawab. "Jadi, masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya maupun terhadap pasangannya."

Misalnnya, pada saat pacaran, kalau kita mengasihi pacar kita maka kita akan membuatnya merasa aman dengan kita. Artinya, sang pria tak akan "mengobok-obok" pacarnya sebelum waktunya. "Itulah tanggung jawab dia pada pasangannya."

TIAP INDIVIDU BERBEDA


Henny juga meminta agar kita tak terlalu terpaku bahwa pria dan wanita haruslah seperti yang digambarkan oleh teori John Gray tersebut, sehingga mengharapkan dari pasangannya juga demikian. Sebab, terangnya, "manusia itu sangat individual. Tiap manusia pasti punya sisi feminin dan maskulinnya, hanya kadarnya yang berbeda."

Dengan kata lain, wanita yang satu belum tentu sama dengan wanita lain. Si A mungkin akan merasa senang bila suaminya mengucapkan, "Aku cinta padamu," setiap hari. Tapi si B mungkin malah tak suka dan merasa risih jika diperlakukan demikian. Begitu pula dengan pria, berbeda satu sama lain.

"Tak semua pria itu tegar sehingga ia harus di-back up dengan dihargai, diberikan penguatan, serta penghormatan demi untuk mempertahankan ketegarannya itu."

Memang, diakui Henny, banyak pria dan wanita mempunyai stereotip seperti yang digambarkan oleh John Gray. Hal ini ada kaitannya dengan budaya.

"Sejak kecil kita sudah diajarkan bahwa pria itu seperti apa dan harus diperlakukan bagaimana oleh wanita. Begitu juga sebaliknya. Sehingga saat kita dewasa, kita berharap orang akan memperlakukan kita seperti itu."

Nah, kalau itu yang terjadi, bukan tak mungkin kita lantas berpikir, "Ah, dia sudah tahu, kok, maksud saya. Saya juga sudah tahu maksud dia."

Sehingga dengan serta merta kita melakukan suatu yang kita anggap pasangan kita akan suka. "Padahal, kan, belum tentu sama." Akibatnya, terjadilah kesalahpahaman.

Jadi, meskipun ada stereotip tertentu tentang pria dan wanita, namun kita tetap harus melihat kembali pasangan kita sebagai individu yang berdiri sendiri. Apakah dia memang seperti gambaran stereotip tersebut atau hanya pada hal-hal tertentu ataukah dia malah sama sekali berada di luar stereotip tersebut. Apalagi dengan perubahan zaman tentunya tuntutan pria-wanita yang stereotip juga akan berubah. "Keadaan sekarang saja sudah jauh berbeda. Sekarang istri bisa bekerja di luar rumah dan suami bisa saja bekerja di dalam rumah."

Untuk itu, anjur Henny, pada saat kita bertemu seseorang, sebaiknya kita mengenali dia dengan lebih baik. Juga harus ada toleransi bahwa manusia itu tak seperti yang saya duga selamanya. Bahwa saya mungkin mempunyai kriteria tentang pria atau wanita tersebut, tapi bisa jadi dia tak seperti itu.

Nah, saya harus bisa menerima itu, karena manusia itu tak semuanya bagus dan baik, tapi juga tak semuanya jahat. Kita tak boleh menyamaratakan.

ADA KOMUNIKASI

Tentunya untuk wanita bisa mengenali si pria yang sebenarnya dan pria mengenali si wanita yang sebenarnya itu seperti apa diperlukan keterbukaan dari kedua belah pihak. Dengan kata lain, bila ada kebutuhan emosional yang berbeda, maka perlu dikomunikasikan.

"Kita harus mau membicarakannya karena ini menyangkut masalah persepsi yang ada. Ada harapan, kebutuhan, dan persepsi yang berbeda. Sehingga kalau tak pernah diutarakan akan ada kesulitan besar untuk memahami," kata Henny.

Jadi, utarakanlah kepada pasangan apa sebenarnya yang kita inginkan dari dirinya. Kita pun harus menanyakan kepada pasangan, apa yang dia maui. Kemudian diskusikan bersama bagaimana caranya menyatukan persepsi yang berbeda itu.

Selain itu, tambah Henny, yang tak kalah pentingnya ialah menerima pasangan apa adanya.

"Kalau kita mencintainya, maka kita harus mau menerima dia apa adanya. Jadi, enggak ada tuntutan. Apapun yang pasangan kita berikan, ya, cobalah kita terima dengan hati bahagia. Toh, ia sudah berusaha."

Jangan lupa, tukasnya mengingatkan, yang namanya manusia itu pasti banyak human error-nya atau kekeliruannya.

"Jadi, apapun yang dia berikan, kita terima saja dulu. Jangan lantas buru-buru mengkritik. Karena kalau itu yang terjadi, tidak akan beres suatu hubungan."

Lagipula, seperti dikemukakan John Gray, bisa jadi pasangan kita salah duga, "dia menganggap kita suka diperlakukan demikian." Untuk itulah kita harus memperbesar toleransi.

"Kita terima dulu keadaan itu, kita hargai usaha dia. Selebihnya kalau kita merasa tak puas dan sepertinya layak untuk diubah, barulah kemudian kita bicarakan."

Komunikasi ini sangat penting, tandas Henny. Karena kalau tak pernah dibicarakan akan terjadi kesalahpahaman terus yang lalu merembet ke pertengkaran, perselisihan.

"Pokoknya, konflik! Karena masing-masing berpikir, aku, kan sudah memenuhi kebutuhan kamu tapi, kok, kamu enggak memenuhi kebutuhanku. Jadi masing-masing merasa tak puas."

Mengapa Wanita Butuh Lebih Banyak Perhatian?

Siapapun wanita di dunia ini pada umumnya mereka semua butuh perhatian. Itu ternyata berlaku pada wanita dari semua usia. Tulisan ini terinspirasi karena beberepa hari lalu saya mendengar seorang ibu berkata pada anaknya.
“Anakku, mengapa akhir-akhir ini aku merasakan dirimu berubah?” Si anak kaget dengan pernyataan ibunya. Karena sama sekali dia tidak merasa berubah pada ibunya. Kemudian ia bertanya. “Berubah bagaimana ibu? Saya tidak berubah sama sekali!” sang ibu menjawab “Kamu tidak pernah lagi telphon ibu. Tidak seperti biasanya” Si anak baru tersadar, itu rupanya yang membuat ibunya bersedih.
Anaknya ini tinggal di kota yang jauh dari ibunya. Biasanya dalam beberapa hari sekali ia selalu telphon ibunya, sekedar menanyakan kabar beliau. Tapi sebulan terakhir ia begitu sibuk dan banyak pekerjaan yang menyita pikiran dan waktunya. Hingga ia lupa untuk menghubungi sang ibu. Tidak di sangka si ibu sangat berduka karena kelalaiannya.
Ini merupakan sebuah bukti bahwa semu wanita itu membutuhkan perhatian. Sang anak berpikir. Ternyata wanita itu sama, tidak hanya istrinya yang butuh perhatian, tetapi ibunya juga. Entah itu dari pasangan hidupnya jika masih ada. Ataupun perhatian dari anaknya atau keluarga dekat yang dimilikinya.
Seorang pria baik sebagai anak ataupun sebagai suami harus bisa memahami kebutuhan wanita di sekelilingnya. Wanita dan pria itu memang berbeda. Secara emosionalpun wanita punya emosi yang tidak sama dengan pria. Wanita butuh perhatian lebih banyak, ingin dimengerti dan di hormati. Sementara pria juga butuh itu tetapi mereka jauh lebih membutuhkan penghargaan dalam hidupnya sebagai imbalan terhadap apa yang dilakukannya.
Sebagai seorang anak, tentu saja seorang anak lelaki tahu pehatian seperti apa yang perlu diberikannya pada ibunya. Menanyakan kabarnya secara berkala merupakan bentuk perhatian yang sangat dinantikan sang ibunya.
Sementara dalam hidup berpasangan sebagai suami, pria harus mengerti mengapa wanita lebih banyak menuntut perhatian. Bagi wanita ia ingin selalu menjadi seseorang yang nomor satu dalam kehidupan pasangannya. Ia akan sangat senang bila dirinya menjadi prioritas bagi pasangannya. Jika dalam kehidupannya dia tidak mendapatkan cukup perhatian maka dia akan merasa tidak dihargai, tidak dianggap dan ia merasa tak ada di sisi pasangannya.
Ternyata perhatian itu adalah sebuah kebutuhan mendasar bagi seorang wanita. Itulah sebabnya wanita selalu ingin diberi perhatian. Selain perhatian itu, wanita juga butuh didengarkan. Semakin ia didengarkan dan dimengerti oleh pasangannya maka semakin mudah baginya untuk mengerti dan memahami pasangannya.
Meskipun butuh perhatian, rupanya wanita juga tidak ingin diperlakukan berlebihan oleh pasangannya. Yang pada akhirnya membuat dia menjadi posesif. Buatnya sudah cukup memberinya perhatian-perhatian kecil yang berarti besar baginya. Misalnya memberinya pelukan secara tiba-tiba Itu akan membuatnya sangat dicintai. Sesekali mengucapkan cinta padanya, karena wanita tidak hanya butuh tindakan sebagai ungkapan cinta kekasihnya. Tetapi dia juga rindu pasangannya mengucapkan kata cinta secara langsung. Itu akan sangat membahagiakannya.
Bagi anda para pria, tidak perlu lagi bertanya. Mengapa wanita butuh perhatian? Karena memang itu adalah kebutuhan mendasar baginya. Anda hanya perlu memahami kebutuhannya itu, dan ternyata tidak sulit untuk memenuhinya. Jika anda tahu apa yang harus anda lakukan pada wanita anda. Maka yakinlah anda akan menjadi lelaki yang paling dicintainya di dunia.

Senin, 11 Februari 2013

Menjalani Hidup Apa Adanya



Siang itu saya terlibat diskusi ringan bersama beberapa staf guru SD Islam Roushon Fikr tentang usaha dan ikhtiar kita “mengukir” masa depan. Dari perbincangan itu saya jadi tahu bahwa saya termasuk orang yang terlalu polos dan lugu memandang masa depan. Bagaimana tidak? Di kepala saya sama sekali tak terbayangkan akan seperti apa hidup saya bersama anak dan istri dua puluh tahun yang akan datang, hingga berapa harga beras per kilo pada waktu itu. Dalam hati saya jadi tertawa, ternyata saya ini tidak “cerdas inspirasi” (jenis kecerdasan merekayasa masa depan).
Lalu saya teringat sebuah buku yang ditulis Gay Hendrick dan Kate Ludeman. Di buku itu dijelaskan, Anda dihadapkan pada dua kotak. Kotak pertama berisi hal-hal yang sama sekali tidak bisa kita kendalikan. Kotak kedua berisi hal-hal yang sepenuhnya dapat kita kendalikan. Kita harus bisa mengalokasikan semua segi kehidupan ke dalam kotak yang tepat, kemudian memusatkan seluruh perhatian kepada kotak yang berisi “hal-hal yang sepenuhnya bisa kendalikan.”
Kotak pertama sungguh padat isinya, dan akan semakin padat lagi jika kita semakin mencemaskannya. Beberapa hal yang sesungguhnya tidak bisa kita kendalikan dan ini sering mencemaskan hati kita adalah perasaan dan tindakan orang lain, semua yang telah terjadi - masa lalu, semua yang belum terjadi - masa depan, serta hampir semua yang berlangsung di perasaan kita.
Sekarang mari kita bahas satu persatu. Kita sering berusaha mengendalikan tindakan dan perasaan orang lain. Sekuat apapun usaha itu, percayalah, kita tak akan sanggup. Coba bayangkan, bisakah anda masuk ke dalam sanubari dan perasaan teman anda yang bersedih, lalu berkata, “Sudahlah jangan bersedih,” lantas kesedihan sahabat anda akan sirna tiba-tiba? Semakin keras usaha kita mencipta kendali untuk orang lain, akan semakin buruk hubungan komunikasi kita. Shakespeare mengatakan, “Jangan menyalakan perapian terlalu panas kepada musuhmu, agar tidak membakar dirimu.”
Juga mengendalikan masa lalu dan masa datang. Bisakah kita merubah apa yang sudah terjadi satu jam yang lalu? Jika tak sanggup, bagaimana dengan kejadian yang sudah lewat lima tahun silam? Mampukah kita menjamin dua tahun yang akan datang kita akan mencapai apa yang kita inginkan? Jika tak sanggup, bagaimana kita bisa yakin dengan kejadian yang akan menimpa kita sepuluh tahun yang akan datang? Sayang, “mesin waktu” masa lalu dan masa datang sampai detik ini belum ditemukan orang.
Ingin merubah masa lalu bagaikan usaha memadamkan panasnya cahaya matahari: sebuah usaha sia-sia belaka. Demikian pula menatap masa depan dengan hati cemas bagaikan mengaharap hidup abadi yang tak pernah mati: sebuah usaha yang bikin geli. “Tutuplah pintu besi kenangan masa lalu. Hiduplah dalam detik-detik hari ini dengan hasil terbaik,” saran Dr. Aidh al-Qarni.
Apa arti semua itu? Kita jalani hidup ini apa adanya dengan sikap yang realistis dan ikhtiar yang sungguh-sungguh (ijithad) untuk mencapai hasil terbaik, ya hasil terbaik untuk hari ini, untuk hari ini. Robert Louis Stevenson menulis, “Setiap orang mampu melakukan perkerjaannya sepanjang hari, sesulit apapun pekerjaan itu. Dan setiap orang mampu untuk hidup bahagia sepanjang hari hingga matahari tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan hidup.”
Jenderal George Kruck, seorang perwira yang termasuk paling anti terhadap orang Indian di Amerika, di catatan hariannya menuliskan, “Semua kegelisahan hidup yang dialami kebanyakan orang Indian bersumber dari khayalan sendiri, bukan pada realita kehidupan yang ada.”
Kehidupan kita hanya sehari saja. Kemarin telah pergi dan hari esok belumlah datang. Dan sabda Rasulullah berikut ini menyimpan semangat luar biasa agar kita mencapai hasil terbaik hari ini, “Shalatlah seperti shalatnya orang yang tidak akan pernah kembali lagi.”
Kita musti menyadari bahwa jika kita tidak hidup dengan kesadaran hanya dalam batasan hari ini saja, maka pikiran kita akan terpecah, akan kacau semua urusan, dan akan semakin rumit menjalani hidup. Inilah makna sabda Rasulullah, “Jika pagi tiba, jangan menunggu sore. Jika sore tiba, jangan menunggu hingga waktu pagi.” Sudahlah, jangan menyibukkan diri dengan memikirkan bagaimana nasib kita di masa depan. Masa depan masih berada di Genggaman-Nya yang Ghaib. Jangan terlalu merisaukannya hingga ia datang dengan sendirinya. “Rahasia kesuksesan adalah tidak memikirkan hasil akhir; kerjakan yang terbaik pada SAAT INI, dan biarkan hasil akhir terbentuk dengan sendirinya, “ saran J. Donald Walters.
Ya, kerjakan saja yang terbaik saat ini, seperti ungkapan seorang penulis berikut ini,“Aku tahu Allah Maha Tahu; dan Allah Maha Tahu aku tahu. Ia tak pernah tidur. Ia akan memberiku “sesuatu” yang paling aku idamkan selama hidupku. Apa itu? Pertemuan mesra nan agung antara aku, istriku, anak-anakku dengan diri-Nya di tengah derap langkah perjuangan membela agama-Nya. Itulah saat bahagia yang tak ternilai, bagai Musa menerima sirri Tuhannya di bukut Tursina, bagai Rasulullah menggigil di gua Hira.”
“Aku manusia ruhani, bagai lembut angin yang menebar aroma wangi Islam ke seluruh penjuru. Jangan paksan aku dengan pikiran konyol yang memaksa aku menjadi seonggok materi yang mati. Sedangkan bagaimana nanti anak-anakku membayar uang sekolah, dari mana aku, anakku, dan istriku mendapat makan, biarlah Allah yang mengurusnya...”
Selanjutnya, kita sering menyangka bahwa kita bisa mengendalikan hal-hal yang berlangsung dalam hati kita. Mari kita pikirkan bagaimana cara mengendalikan perasaan? Rasa takut, cemas, sedih, semua itu hadir di hati tanpa bisa kita halangi. Dan kita semua tahu sangat tidak mudah mengendalikan apalagi mengusirnya. Yang sering kita lakukan adalah menekan perasaan takut, cemas, dan sedih itu agar tidak muncul. Semakin ditekan, perasaan kita semakin kalut dan terguncang.
Lantas bagaimana caranya? Jika kita merasa takut, cemas, sedih, kecewa, akui sajalah perasaan-perasaan itu, rasakan getarannya, katakan sejujurnya pada hati bahwa saya sedang kecewa. Berusaha mengendalikannya hanyalah seperti mencoba menahan laju air yang memancar dari selang.
Nah, untuk mencapai sukses dan bahagia kita harus mengetahui perbedaan antara kendali dan pengaruh. Kita tidak bisa mengendalikan orang lain, masa lalu, masa depan, atau banyak hal yang berkecamuk di hati kita, tetapi kita bisa memengaruhinya. Kendali itu muncul akibat rasa takut dan cemas; sedangkan pengaruh sengaja dimunculkan berdasarkan tujuan dan rencana yang tertata. Kendali adalah cermin dari sikap putus asa yang skeptis, sedangkan pengaruh merupakan cermin dari sikap pribadi berkualitas yang teguh memegang tujuan hidup sejati.
Ada startegi sederhana yang bisa dilakukan untuk menghadapi hal-hal yang tak bisa kita kedalikan. Hadapi dan terimalah semuanya, apa adanya. Kita tentu tak ingin energi hidup ini habis terkuras untuk menolak hal-hal yang tak dapat kita rubah. Energi ini, jika disalurkan di tempat yang semestinya, akan mengalirkan tenaga kreativitas yang penuh dinamika inovasi yang akan mampu menciptakan banyak keajaiban.
Oleh karena itu, mari kita tatap hidup ini dengan sorot mata elang, penuh sikap optimis dan yakin bahwa Allah telah mentukan jalan hidup kita menjadi insan terbaik. Tak guna menangis, tak guna bersedih...
Kalidasa, seorang aktor drama dan penyair yang terkenal dari India menulis puisi yang indah. Cobalah Anda merasakan getaran semangatnya.
Salam buat Sang Fajar / Lihatlah hari ini / Sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan / Dalam sekejap ia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu / Nikmat pertumbuhan / Pekerjaan yang indah / Indahnya kemenangan / Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi / Dan esok hari hanyalah sebuah bayangan / Namun hari ini ketika Anda hidup sempurna / telah memnbuat hari kemarin sebagai impian yang indah / Setiap hari esok adalah bayangan yang penuh harap / Maka lihatlah hari ini / Inilah salam untuk sang fajar.
Dari Maq’al bin Yasar, Rasulullah Saw bersabda, “Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman,’Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku niscayaAku isi hatimu dengan rasa kaya, dan akan Aku penuhi tanganmu dengan rejeki. Wahai anak Adam, janganlah kalian menjauhi Aku, hingga Aku isi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan’.”