Senin, 11 Februari 2013

Menjalani Hidup Apa Adanya



Siang itu saya terlibat diskusi ringan bersama beberapa staf guru SD Islam Roushon Fikr tentang usaha dan ikhtiar kita “mengukir” masa depan. Dari perbincangan itu saya jadi tahu bahwa saya termasuk orang yang terlalu polos dan lugu memandang masa depan. Bagaimana tidak? Di kepala saya sama sekali tak terbayangkan akan seperti apa hidup saya bersama anak dan istri dua puluh tahun yang akan datang, hingga berapa harga beras per kilo pada waktu itu. Dalam hati saya jadi tertawa, ternyata saya ini tidak “cerdas inspirasi” (jenis kecerdasan merekayasa masa depan).
Lalu saya teringat sebuah buku yang ditulis Gay Hendrick dan Kate Ludeman. Di buku itu dijelaskan, Anda dihadapkan pada dua kotak. Kotak pertama berisi hal-hal yang sama sekali tidak bisa kita kendalikan. Kotak kedua berisi hal-hal yang sepenuhnya dapat kita kendalikan. Kita harus bisa mengalokasikan semua segi kehidupan ke dalam kotak yang tepat, kemudian memusatkan seluruh perhatian kepada kotak yang berisi “hal-hal yang sepenuhnya bisa kendalikan.”
Kotak pertama sungguh padat isinya, dan akan semakin padat lagi jika kita semakin mencemaskannya. Beberapa hal yang sesungguhnya tidak bisa kita kendalikan dan ini sering mencemaskan hati kita adalah perasaan dan tindakan orang lain, semua yang telah terjadi - masa lalu, semua yang belum terjadi - masa depan, serta hampir semua yang berlangsung di perasaan kita.
Sekarang mari kita bahas satu persatu. Kita sering berusaha mengendalikan tindakan dan perasaan orang lain. Sekuat apapun usaha itu, percayalah, kita tak akan sanggup. Coba bayangkan, bisakah anda masuk ke dalam sanubari dan perasaan teman anda yang bersedih, lalu berkata, “Sudahlah jangan bersedih,” lantas kesedihan sahabat anda akan sirna tiba-tiba? Semakin keras usaha kita mencipta kendali untuk orang lain, akan semakin buruk hubungan komunikasi kita. Shakespeare mengatakan, “Jangan menyalakan perapian terlalu panas kepada musuhmu, agar tidak membakar dirimu.”
Juga mengendalikan masa lalu dan masa datang. Bisakah kita merubah apa yang sudah terjadi satu jam yang lalu? Jika tak sanggup, bagaimana dengan kejadian yang sudah lewat lima tahun silam? Mampukah kita menjamin dua tahun yang akan datang kita akan mencapai apa yang kita inginkan? Jika tak sanggup, bagaimana kita bisa yakin dengan kejadian yang akan menimpa kita sepuluh tahun yang akan datang? Sayang, “mesin waktu” masa lalu dan masa datang sampai detik ini belum ditemukan orang.
Ingin merubah masa lalu bagaikan usaha memadamkan panasnya cahaya matahari: sebuah usaha sia-sia belaka. Demikian pula menatap masa depan dengan hati cemas bagaikan mengaharap hidup abadi yang tak pernah mati: sebuah usaha yang bikin geli. “Tutuplah pintu besi kenangan masa lalu. Hiduplah dalam detik-detik hari ini dengan hasil terbaik,” saran Dr. Aidh al-Qarni.
Apa arti semua itu? Kita jalani hidup ini apa adanya dengan sikap yang realistis dan ikhtiar yang sungguh-sungguh (ijithad) untuk mencapai hasil terbaik, ya hasil terbaik untuk hari ini, untuk hari ini. Robert Louis Stevenson menulis, “Setiap orang mampu melakukan perkerjaannya sepanjang hari, sesulit apapun pekerjaan itu. Dan setiap orang mampu untuk hidup bahagia sepanjang hari hingga matahari tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan hidup.”
Jenderal George Kruck, seorang perwira yang termasuk paling anti terhadap orang Indian di Amerika, di catatan hariannya menuliskan, “Semua kegelisahan hidup yang dialami kebanyakan orang Indian bersumber dari khayalan sendiri, bukan pada realita kehidupan yang ada.”
Kehidupan kita hanya sehari saja. Kemarin telah pergi dan hari esok belumlah datang. Dan sabda Rasulullah berikut ini menyimpan semangat luar biasa agar kita mencapai hasil terbaik hari ini, “Shalatlah seperti shalatnya orang yang tidak akan pernah kembali lagi.”
Kita musti menyadari bahwa jika kita tidak hidup dengan kesadaran hanya dalam batasan hari ini saja, maka pikiran kita akan terpecah, akan kacau semua urusan, dan akan semakin rumit menjalani hidup. Inilah makna sabda Rasulullah, “Jika pagi tiba, jangan menunggu sore. Jika sore tiba, jangan menunggu hingga waktu pagi.” Sudahlah, jangan menyibukkan diri dengan memikirkan bagaimana nasib kita di masa depan. Masa depan masih berada di Genggaman-Nya yang Ghaib. Jangan terlalu merisaukannya hingga ia datang dengan sendirinya. “Rahasia kesuksesan adalah tidak memikirkan hasil akhir; kerjakan yang terbaik pada SAAT INI, dan biarkan hasil akhir terbentuk dengan sendirinya, “ saran J. Donald Walters.
Ya, kerjakan saja yang terbaik saat ini, seperti ungkapan seorang penulis berikut ini,“Aku tahu Allah Maha Tahu; dan Allah Maha Tahu aku tahu. Ia tak pernah tidur. Ia akan memberiku “sesuatu” yang paling aku idamkan selama hidupku. Apa itu? Pertemuan mesra nan agung antara aku, istriku, anak-anakku dengan diri-Nya di tengah derap langkah perjuangan membela agama-Nya. Itulah saat bahagia yang tak ternilai, bagai Musa menerima sirri Tuhannya di bukut Tursina, bagai Rasulullah menggigil di gua Hira.”
“Aku manusia ruhani, bagai lembut angin yang menebar aroma wangi Islam ke seluruh penjuru. Jangan paksan aku dengan pikiran konyol yang memaksa aku menjadi seonggok materi yang mati. Sedangkan bagaimana nanti anak-anakku membayar uang sekolah, dari mana aku, anakku, dan istriku mendapat makan, biarlah Allah yang mengurusnya...”
Selanjutnya, kita sering menyangka bahwa kita bisa mengendalikan hal-hal yang berlangsung dalam hati kita. Mari kita pikirkan bagaimana cara mengendalikan perasaan? Rasa takut, cemas, sedih, semua itu hadir di hati tanpa bisa kita halangi. Dan kita semua tahu sangat tidak mudah mengendalikan apalagi mengusirnya. Yang sering kita lakukan adalah menekan perasaan takut, cemas, dan sedih itu agar tidak muncul. Semakin ditekan, perasaan kita semakin kalut dan terguncang.
Lantas bagaimana caranya? Jika kita merasa takut, cemas, sedih, kecewa, akui sajalah perasaan-perasaan itu, rasakan getarannya, katakan sejujurnya pada hati bahwa saya sedang kecewa. Berusaha mengendalikannya hanyalah seperti mencoba menahan laju air yang memancar dari selang.
Nah, untuk mencapai sukses dan bahagia kita harus mengetahui perbedaan antara kendali dan pengaruh. Kita tidak bisa mengendalikan orang lain, masa lalu, masa depan, atau banyak hal yang berkecamuk di hati kita, tetapi kita bisa memengaruhinya. Kendali itu muncul akibat rasa takut dan cemas; sedangkan pengaruh sengaja dimunculkan berdasarkan tujuan dan rencana yang tertata. Kendali adalah cermin dari sikap putus asa yang skeptis, sedangkan pengaruh merupakan cermin dari sikap pribadi berkualitas yang teguh memegang tujuan hidup sejati.
Ada startegi sederhana yang bisa dilakukan untuk menghadapi hal-hal yang tak bisa kita kedalikan. Hadapi dan terimalah semuanya, apa adanya. Kita tentu tak ingin energi hidup ini habis terkuras untuk menolak hal-hal yang tak dapat kita rubah. Energi ini, jika disalurkan di tempat yang semestinya, akan mengalirkan tenaga kreativitas yang penuh dinamika inovasi yang akan mampu menciptakan banyak keajaiban.
Oleh karena itu, mari kita tatap hidup ini dengan sorot mata elang, penuh sikap optimis dan yakin bahwa Allah telah mentukan jalan hidup kita menjadi insan terbaik. Tak guna menangis, tak guna bersedih...
Kalidasa, seorang aktor drama dan penyair yang terkenal dari India menulis puisi yang indah. Cobalah Anda merasakan getaran semangatnya.
Salam buat Sang Fajar / Lihatlah hari ini / Sebab ia adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan / Dalam sekejap ia telah melahirkan berbagai hakikat dari wujudmu / Nikmat pertumbuhan / Pekerjaan yang indah / Indahnya kemenangan / Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi / Dan esok hari hanyalah sebuah bayangan / Namun hari ini ketika Anda hidup sempurna / telah memnbuat hari kemarin sebagai impian yang indah / Setiap hari esok adalah bayangan yang penuh harap / Maka lihatlah hari ini / Inilah salam untuk sang fajar.
Dari Maq’al bin Yasar, Rasulullah Saw bersabda, “Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman,’Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku niscayaAku isi hatimu dengan rasa kaya, dan akan Aku penuhi tanganmu dengan rejeki. Wahai anak Adam, janganlah kalian menjauhi Aku, hingga Aku isi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan’.”

6 komentar:

  1. panjang bener ya artikelnya.. hehe. mantab gan..
    http://www.cara-sehatcantik.com/

    BalasHapus
  2. Jalani hidup apa adanya gan. yg penting semangat.. horass..
    Hotel Murah

    BalasHapus
  3. The idea of authenticity is increasingly resonating with millennials, as studies have shown the generation responds well to sustainable companies.
    Model Baju Muslim
    Model Baju Muslim Terbaru

    BalasHapus
  4. Blog yang memberikan informasti terbaru dan bermanfaat
    cari cara

    BalasHapus