Siang itu saya terlibat diskusi ringan bersama beberapa staf guru SD Islam
Roushon Fikr tentang usaha dan ikhtiar kita “mengukir” masa depan. Dari
perbincangan itu saya jadi tahu bahwa saya termasuk orang yang terlalu polos
dan lugu memandang masa depan. Bagaimana tidak? Di kepala saya sama sekali tak
terbayangkan akan seperti apa hidup saya bersama anak dan istri dua puluh tahun
yang akan datang, hingga berapa harga beras per kilo pada waktu itu. Dalam hati
saya jadi tertawa, ternyata saya ini tidak “cerdas inspirasi” (jenis kecerdasan
merekayasa masa depan).
Lalu saya teringat sebuah buku yang ditulis Gay
Hendrick dan Kate Ludeman. Di buku itu dijelaskan, Anda dihadapkan pada dua
kotak. Kotak pertama berisi hal-hal yang sama sekali tidak bisa kita
kendalikan. Kotak kedua berisi hal-hal yang sepenuhnya dapat kita kendalikan.
Kita harus bisa mengalokasikan semua segi kehidupan ke dalam kotak yang tepat,
kemudian memusatkan seluruh perhatian kepada kotak yang berisi “hal-hal yang
sepenuhnya bisa kendalikan.”
Kotak pertama sungguh padat isinya, dan akan semakin
padat lagi jika kita semakin mencemaskannya. Beberapa hal yang sesungguhnya
tidak bisa kita kendalikan dan ini sering mencemaskan hati kita adalah perasaan
dan tindakan orang lain, semua yang telah terjadi - masa lalu, semua yang belum
terjadi - masa depan, serta hampir semua yang berlangsung di perasaan kita.
Sekarang mari kita bahas satu persatu. Kita sering
berusaha mengendalikan tindakan dan perasaan orang lain. Sekuat apapun usaha
itu, percayalah, kita tak akan sanggup. Coba bayangkan, bisakah anda masuk ke
dalam sanubari dan perasaan teman anda yang bersedih, lalu berkata, “Sudahlah
jangan bersedih,” lantas kesedihan sahabat anda akan sirna tiba-tiba? Semakin
keras usaha kita mencipta kendali untuk orang lain, akan semakin buruk hubungan
komunikasi kita. Shakespeare mengatakan, “Jangan menyalakan perapian terlalu
panas kepada musuhmu, agar tidak membakar dirimu.”
Juga mengendalikan masa lalu dan masa datang. Bisakah
kita merubah apa yang sudah terjadi satu jam yang lalu? Jika tak sanggup,
bagaimana dengan kejadian yang sudah lewat lima tahun silam? Mampukah kita
menjamin dua tahun yang akan datang kita akan mencapai apa yang kita inginkan?
Jika tak sanggup, bagaimana kita bisa yakin dengan kejadian yang akan menimpa
kita sepuluh tahun yang akan datang? Sayang, “mesin waktu” masa lalu dan masa
datang sampai detik ini belum ditemukan orang.
Ingin merubah masa lalu bagaikan usaha memadamkan
panasnya cahaya matahari: sebuah usaha sia-sia belaka. Demikian pula menatap
masa depan dengan hati cemas bagaikan mengaharap hidup abadi yang tak pernah
mati: sebuah usaha yang bikin geli. “Tutuplah pintu besi kenangan masa lalu.
Hiduplah dalam detik-detik hari ini dengan hasil terbaik,” saran Dr. Aidh
al-Qarni.
Apa arti semua itu? Kita jalani hidup ini apa adanya
dengan sikap yang realistis dan ikhtiar yang sungguh-sungguh (ijithad) untuk
mencapai hasil terbaik, ya hasil terbaik untuk hari ini, untuk hari ini. Robert
Louis Stevenson menulis, “Setiap orang mampu melakukan perkerjaannya sepanjang
hari, sesulit apapun pekerjaan itu. Dan setiap orang mampu untuk hidup bahagia
sepanjang hari hingga matahari tenggelam. Inilah yang dimaksud dengan hidup.”
Jenderal George Kruck, seorang perwira yang termasuk
paling anti terhadap orang Indian di Amerika, di catatan hariannya menuliskan,
“Semua kegelisahan hidup yang dialami kebanyakan orang Indian bersumber dari
khayalan sendiri, bukan pada realita kehidupan yang ada.”
Kehidupan kita hanya sehari saja. Kemarin telah pergi
dan hari esok belumlah datang. Dan sabda Rasulullah berikut ini menyimpan
semangat luar biasa agar kita mencapai hasil terbaik hari ini, “Shalatlah
seperti shalatnya orang yang tidak akan pernah kembali lagi.”
Kita musti menyadari bahwa jika kita tidak hidup
dengan kesadaran hanya dalam batasan hari ini saja, maka pikiran kita akan
terpecah, akan kacau semua urusan, dan akan semakin rumit menjalani hidup.
Inilah makna sabda Rasulullah, “Jika pagi tiba, jangan menunggu sore. Jika
sore tiba, jangan menunggu hingga waktu pagi.” Sudahlah, jangan menyibukkan
diri dengan memikirkan bagaimana nasib kita di masa depan. Masa depan masih
berada di Genggaman-Nya yang Ghaib. Jangan terlalu merisaukannya hingga ia
datang dengan sendirinya. “Rahasia kesuksesan adalah tidak memikirkan hasil
akhir; kerjakan yang terbaik pada SAAT INI, dan biarkan hasil akhir terbentuk
dengan sendirinya, “ saran J. Donald Walters.
Ya, kerjakan saja yang terbaik saat ini, seperti
ungkapan seorang penulis berikut ini,“Aku tahu Allah Maha Tahu; dan Allah Maha
Tahu aku tahu. Ia tak pernah tidur. Ia akan memberiku “sesuatu” yang paling aku
idamkan selama hidupku. Apa itu? Pertemuan mesra nan agung antara aku, istriku,
anak-anakku dengan diri-Nya di tengah derap langkah perjuangan membela
agama-Nya. Itulah saat bahagia yang tak ternilai, bagai Musa menerima sirri
Tuhannya di bukut Tursina, bagai Rasulullah menggigil di gua Hira.”
“Aku manusia ruhani, bagai lembut angin yang menebar
aroma wangi Islam ke seluruh penjuru. Jangan paksan aku dengan pikiran konyol
yang memaksa aku menjadi seonggok materi yang mati. Sedangkan bagaimana nanti
anak-anakku membayar uang sekolah, dari mana aku, anakku, dan istriku mendapat
makan, biarlah Allah yang mengurusnya...”
Selanjutnya, kita sering menyangka bahwa kita bisa
mengendalikan hal-hal yang berlangsung dalam hati kita. Mari kita pikirkan
bagaimana cara mengendalikan perasaan? Rasa takut, cemas, sedih, semua itu
hadir di hati tanpa bisa kita halangi. Dan kita semua tahu sangat tidak mudah
mengendalikan apalagi mengusirnya. Yang sering kita lakukan adalah menekan
perasaan takut, cemas, dan sedih itu agar tidak muncul. Semakin ditekan,
perasaan kita semakin kalut dan terguncang.
Lantas bagaimana caranya? Jika kita merasa takut,
cemas, sedih, kecewa, akui sajalah perasaan-perasaan itu, rasakan getarannya,
katakan sejujurnya pada hati bahwa saya sedang kecewa. Berusaha
mengendalikannya hanyalah seperti mencoba menahan laju air yang memancar dari
selang.
Nah, untuk mencapai sukses dan bahagia kita harus
mengetahui perbedaan antara kendali dan pengaruh. Kita tidak bisa mengendalikan
orang lain, masa lalu, masa depan, atau banyak hal yang berkecamuk di hati
kita, tetapi kita bisa memengaruhinya. Kendali itu muncul akibat rasa takut dan
cemas; sedangkan pengaruh sengaja dimunculkan berdasarkan tujuan dan rencana
yang tertata. Kendali adalah cermin dari sikap putus asa yang skeptis,
sedangkan pengaruh merupakan cermin dari sikap pribadi berkualitas yang teguh
memegang tujuan hidup sejati.
Ada startegi sederhana yang bisa dilakukan untuk
menghadapi hal-hal yang tak bisa kita kedalikan. Hadapi dan terimalah semuanya,
apa adanya. Kita tentu tak ingin energi hidup ini habis terkuras untuk menolak
hal-hal yang tak dapat kita rubah. Energi ini, jika disalurkan di tempat yang
semestinya, akan mengalirkan tenaga kreativitas yang penuh dinamika inovasi
yang akan mampu menciptakan banyak keajaiban.
Oleh karena itu, mari kita tatap hidup ini dengan sorot
mata elang, penuh sikap optimis dan yakin bahwa Allah telah mentukan jalan
hidup kita menjadi insan terbaik. Tak guna menangis, tak guna bersedih...
Kalidasa, seorang aktor drama dan penyair yang
terkenal dari India menulis puisi yang indah. Cobalah Anda merasakan getaran
semangatnya.
Salam buat Sang Fajar / Lihatlah hari ini / Sebab ia
adalah kehidupan, kehidupan dari kehidupan / Dalam sekejap ia telah melahirkan
berbagai hakikat dari wujudmu / Nikmat pertumbuhan / Pekerjaan yang indah /
Indahnya kemenangan / Karena hari kemarin tak lebih dari sebuah mimpi / Dan
esok hari hanyalah sebuah bayangan / Namun hari ini ketika Anda hidup sempurna
/ telah memnbuat hari kemarin sebagai impian yang indah / Setiap hari esok
adalah bayangan yang penuh harap / Maka lihatlah hari ini / Inilah salam untuk
sang fajar.
Dari Maq’al bin Yasar, Rasulullah Saw bersabda, “Allah
Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman,’Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu
untuk beribadah kepada-Ku niscayaAku isi hatimu dengan rasa kaya, dan akan Aku
penuhi tanganmu dengan rejeki. Wahai anak Adam, janganlah kalian menjauhi Aku,
hingga Aku isi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi tanganmu dengan
kesibukan’.”
mantab pak
BalasHapuskata ladies
panjang bener ya artikelnya.. hehe. mantab gan..
BalasHapushttp://www.cara-sehatcantik.com/
terimakasih
BalasHapusartikel bermanfaat
Jalani hidup apa adanya gan. yg penting semangat.. horass..
BalasHapusHotel Murah
The idea of authenticity is increasingly resonating with millennials, as studies have shown the generation responds well to sustainable companies.
BalasHapusModel Baju Muslim
Model Baju Muslim Terbaru
Blog yang memberikan informasti terbaru dan bermanfaat
BalasHapuscari cara